Maret 19, 2011

Assalamualaikum - Opick

SENYUM TAKKAN SAMA

Pagi terlalu indah hari ini, bibirku.., pun tak mampu berucap...
Lirih merdu kicauan burung.., meramaikan hari ini...
"Jalan ah...", pikirku..., hari ini, hari minggu, aku terlalu lelah untuk hari-hari yang begitu terbebani untukku selama ini, tapi tak apa, aku tahu, semua ini adalah sebuah proses, ..
fase-fase kehidupan yang makin membuatku semakin iba melihat hidup ini...
hamba cinta kepada-Mu ya Allah, bibirku dan batinku selalu mengucapkan hal yang sama, jiwaku terlalu rapuh bila aku melupakan sosok yang membuat aku kuat menjalani semua, aku menunjukkan diriku apa adanya, tak ada yang harus aku tutupi, aku merasa semua ini hanya permainan, dunia, uang, cinta, apapun itu, hanya permainan...
Aku mencoba untuk tidak terlalu ikut campur dengan permainan ini, karna aku tahu, aku akan ketagihan bila aku mencobanya.
Langit dan seisi bumi pun takkan mampu memberikan apa yang kita mau, karna keinginan kita yang selalu menuntut dan meminta lebih dan lebih...
Hatiku hanya ..., entahlah aku mantapkan hatiku...
Kini aku tersenyum melihat dedaunan hijau, langkah kakiku seakan menari, aku bahagia..., cukup dengan Allah SWT...

I'm proud to be muslim...
Karna senyumku takkan sama... ^_^

APA YANG KUMAU

"Apa, apa", terlintas sebuah benak di pikiranku, aku memejamkan mataku sejenak, sesekali aku menghela nafas sesaat, "mungkin ini sudah jadi jalanku, aku harus bagaimana, sebenarnya...", aku terdiam sesaat, ini bukan pertama kalinya aku tidak mengenali diriku sendiri, ku langkahkan kakiku ke cermin, ku tatap wajahku dengan dalam, "ko kayak gembel ya, eh jadi ngelantur", aku tertawa sendiri, "eh..eh.., lagi serius kok jadi ketawa", ucapku sambil berusaha untuk menghentikan tawaku. "Aduh...', aku menjerit, sambil memegang kepalaku, "tuh kan kepalaku sakit lagi...", ucapku dengan murung. Aku pun berjalan sambil mengelilingi ruangan, tidak begitu nampak pemandangan yang berbeda. Aku pun menuruni anak tangga, pada anak tangga pertama, aku pun terduduk sesaat, ku pandangi semut yang sedang bekerja, "Semut itu rajin ya, selalu bekerja sama", ucapku dalam hati, aku pun menganggukkan kepalaku, "aku mengerti sekarang, sebaiknya aku gak boleh terlalu santai seperti ini, tapi...", aku pun terdiam. Aku pun kembali melanjutkan perjalananku. Aku pun segera pergi ke atap. Ku lihat awan yang begitu indah, membentuk aneka bentuk. Kuambil bantal yang tidak jauh dariku, yang memang ku bawa dari kamar sedari tadi, ku taruh bantal itu tepat di kepalaku, kuatur agar nyaman, "itu kok mirip beruang, eh yang itu mirip putri duyung, yang itu mirip mobil", ucapku sambil tersenyum, sambil menunjuk beberapa awan.

Suara burung membangunkanku, "astaga, aku ketiduran", ucapku dengan panik, aku pun segera meraih bantalku dan pergi ke kamar. Ku tutup jendela yang terbuka. Aku pun segera menaruh bantalku dan pergi ke kamar mandi.

Tanpa terasa langit sudah menjadi gelap. Jam menunjukkan pukul 10 malam, malam ini semakin hening saja. Kuarahkan pandanganku ke jendela, sambil memegang segelas susu coklat hangat aku mencoba untuk menghangatkan tubuhku, "Bulan itu indah ya, memberi keindahan pada orang lain, memberi sinar, tapi tidak bisa diraih dan dicapai oleh orang lain, aku ingin seperti itu, menjadi penerang bagi orang lain, tapi tidak bisa diraih dan dijamaah, apalagi oleh laki-laki", ucapku dalam hati.

Sambil terduduk diatas kasur, aku pun berpikir sejenak, "Aku sudah tahu, apa yang ku mau, aku ingin berguna bagi orang lain, menjadi kebahagian orang lain, dan penerang bagi orang lain", ucapku dengan tersenyum.

SUARA TERAKHIR

Termenung aku melihat pemandangan malam ini, sesekali aku memandangi bulan, "Nampaknya mau hujan", pikirku. Hembusan angin yang lembut membuatku semakin dingin saja malam ini. Ku paksakan langkah kakiku untuk mengambil sweater hijau yang tidak jauh dari tempat tidurku.
Ya Allah kok malam ini beda banget, serasa ada yang kurang. "Tiara, ra.., sini...", seru ibuku, aku pun segera menutup jendela dan berlari dengan pelan, "kenapa bu?", tanyaku bingung. Tir .., Risa kecelakaan", ucap ibuku sambil memandangku, "hah!!!", ucapku dengan serius, "kecelakaan apa bu?, ibu tahu dari mana?, kapan?, sekarang dima...", ibu menutup mulutku, "kalau nanya satu-satu, ibu kan jadi bingung, kecelakaan, tadi ibunya Risa ngabarin ibu...., kamu ke rumah sakit harapan bunda sekarang ya Tir, kasihan Risa, dia butuh kamu, dia manggil-manggil nama kamu terus", ucap ibu menatapku dengan dalam, tak pernah sebelumnya aku melihat ibu begitu serius.

Aku pun segera memantapkan langkah kakiku, "Tiara berangkat ya bu..., Assalammualaikum...", ucapku sambil berlari. "Wa'alaikum.salam",terdengar suara ibu dari kejauhan. Aku pun segera menyetopkan taksi, "Rumah sakit harapan bunda ya pak", ucapku dengan cepat, "Iya mba", sahut bapak itu. Udara begitu dingin, kupeluk erat sweater yang membalut ditubuhku, sesekali aku menghela nafas yang panjang, tak bisa kututupi jikalau dadaku berdebar kencang, kupandangi jam yang terasa begitu lambat, "Ya Allah, hamba harap Risa gak kenapa-napa?, hamba harap gak terjadi apa-apa dengan Risa", pikirku dalam hati.Kulihat pepohonan yang begitu indah, "Ya Allah hamba mencintaimu", ucapku dalam hati...

Setiba di rumah sakit, aku pun segera ke meja resepsionis, "Mba ada pasien yang bernama Risa ayu ratna, korban kecelakaan?", tanyaku dengan panik, "sebentar mba saya check dulu, em...m, ada mba di kamar 23"...

Tanpa berfikir panjang, akupun segera berlari secepat aku bisa, kurasakan keringat mengucur dari dahiku, nafasku pun begitu terengah-engah. Tanpa memperhatikan langkahku, ternyata...

Bersambung..